TIMES POSO, JAKARTA – Pertemuan puncak soal Gaza di kota Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (13/10/2025) tadi malam ditutup dengan prosesi penandatanganan perjanjian untuk mengakhiri perang di Gaza.
KTT Sharm el-Sheikh itu digelar Senin tadi malam, diketuai bersama oleh Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Presiden AS Donald Trump, dan partisipasi lebih dari 31 pemimpin negara serta organisasi regional dan internasional.
Presiden Donald Trump, Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan juga menandatangani deklarasi yang komprehensif mengenai perjanjian antara Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) tersebut untuk memperkuat gencatan senjata di Gaza.
Dalam KTT itu hadir pula puluhan pemimpin dunia yang lain, diantaranya ada Raja Yordania, Abdullah II, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia al-Sudani, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni , dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.
Perdana Menteri Israel sendiri, Benjamin Netanyahu pada hari Senin (13/10/2025) telah menyatakan bahwa perang telah berakhir.
Pernyataan Netanyahu itu disampaikan tak lama setelah ia menerima kedatangan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di Tel Aviv.
Emir Qatar mengungkapkan kebahagiaannya dengan hasil positif dari KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh, Mesir itu.
Ia menuliskan postingannya di akun X miliknya. "Kami berharap pertemuan puncak Sharm el-Sheikh akan menjadi titik awal bagi perjanjian-perjanjian selanjutnya di masa mendatang yang memenuhi aspirasi saudara-saudara kami di Gaza," tulisnya.
Ia juga menuliskan harapannya bahwa "KTT ini akan berkontribusi untuk mencapai solusi yang komprehensif, adil, dan berkelanjutan bagi masalah Palestina, dan kami menantikan komitmen semua pihak terhadap kesepahaman bersama yang dicapai demi kepentingan semua pihak."
Ketentuan perjanjian tersebut meliputi gencatan senjata permanen, pertukaran tahanan, masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan pembentukan pemerintahan transisi Palestina untuk mengelola urusan di Jalur Gaza.
Sebagai bagian dari rencana Trump untuk mengakhiri perang Gaza, Hamas pada hari Senin membebaskan 20 sandera terakhir yang masih hidup yang ditawannya setelah dua tahun di Gaza.
Sebagai gantinya, Israel membebaskan 1.968 tahanan, sebagian besar warga Palestina, yang ditahan di penjaranya.
"Dokumen ini menguraikan aturan dan regulasi dan banyak hal lainnya," kata Trump sebelum menandatanganinya, dan ia mengulangi dua kali perkataannya bahwa "dokumen ini akan bertahan."
Lalu apa isi deklarasi tersebut, inilah yang disampaikan Gedung Putih mengenai isi dokumen jaminan yang ditandatangani oleh para mediator di Sharm el-Sheikh, Mesir tersebut.:
Dokumen tersebut menyatakan bahwa negara-negara penandatangan menyambut baik komitmen dan implementasi sejati dan bersejarah oleh semua pihak atas perjanjian damai yang dicapai di bawah naungan Presiden AS Donald Trump, yang telah mengakhiri lebih dari dua tahun penderitaan dan kerugian mendalam dan membuka babak baru bagi kawasan itu, babak harapan, keamanan, dan visi bersama untuk perdamaian dan kesejahteraan.
Para penandatangan juga menegaskan dukungan mereka terhadap upaya Presiden Trump untuk mengakhiri perang di Gaza dan mencapai perdamaian abadi di Timur Tengah, dan untuk bekerja sama melaksanakan perjanjian ini dengan cara yang menjamin perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kesempatan bagi semua orang di kawasan itu, termasuk Palestina dan Israel.
Dokumen tersebut juga menyatakan bahwa perdamaian abadi adalah perdamaian dimana baik warga Palestina maupun Israel bisa hidup sejahtera sambil menjamin hak asasi manusia dasar mereka, melindungi keamanan mereka, dan menjaga martabat mereka.
Juga ditekankan bahwa kemajuan sejati dicapai melalui kerja sama dan dialog berkelanjutan, dan bahwa penguatan hubungan antara negara dan masyarakat melayani kepentingan abadi perdamaian dan stabilitas regional dan global.
Para penandatangan juga berjanji untuk berupaya menyelesaikan konflik di masa mendatang melalui dialog dan negosiasi diplomatik, bukan melalui kekerasan atau konflik berkepanjangan. Mereka menekankan bahwa Timur Tengah tidak mampu menanggung siklus perang yang berkepanjangan, negosiasi yang mandek, atau implementasi perjanjian yang parsial dan selektif.
Dokumen tersebut menyoroti aspirasi untuk mencapai toleransi, martabat, dan kesempatan yang sama bagi setiap manusia, tanpa memandang ras, agama, atau etnis, serta tekad untuk memberantas ekstremisme dan radikalisme dalam segala bentuknya.
Dokumen tersebut juga merujuk pada upaya mewujudkan visi komprehensif untuk perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan bersama di kawasan, berdasarkan prinsip-prinsip saling menghormati dan tujuan bersama. Dalam semangat ini, dokumen tersebut menyambut baik kemajuan yang telah dicapai dalam membangun pengaturan perdamaian yang komprehensif dan berkelanjutan di Jalur Gaza.
Juga ditegaskan komitmennya terhadap tindakan kolektif untuk menerapkan dan mempertahankan warisan ini dan membangun fondasi kelembagaan yang memungkinkan generasi mendatang tumbuh bersama dalam damai.
Penegasan dokumen tersebut ditandatangani para pemimpin negara-negara mediator Mesir, Qatar dan Turki ditambah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada pertemuan puncak soal Gaza di kota Sharm el-Sheikh, Mesir, Senin (13/10/2025) tadi malam untuk mengakhiri perang di Gaza. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Perang Gaza Diklaim Telah Berakhir, Inilah Deklarasinya
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |